Metode Penelitian Komunikasi Fenomenologi


Pengertian Fenomenologi
Istilah fenomenologi dalam bahasa Yunani disebut dengan phainomenon yang berarti “apa yang tampak” dan logos yang berarti studi. Sedangkan, istilah fenomenologi dalam bahasa Latin disebut dengan phenomenologia yang dikenalkan oleh Christoph Friedrich Oetinger (1736).
Kemudian, Johann Heinrich Lambert mengenalkan istilah fenomenologi dalam bahasa Jerman dengan nama phanomenologia. Pada abad ke-18, fenomenologi dimaksudkan sebagai teori dasar penampakan untuk mengkaji secara empiris mengenai pengetahuan penampakan sensori.
Fenomenologi secara umum dipahami sebagai bidang disiplin filsafat dan atau sebagai sebuah pergerakan dalam sejarah filsafat.
Kerangka Teori Fenomenologi sebagai Disiplin Ilmu
Terdapat beberapa kerangka fenomenologi sebagai suatu disiplin ilmu, diantaranya:

A. FENOMENOLOGI SEBAGAI BIDANG DISIPLIN FILSAFAT

Sebuah studi mengenai struktur pengalaman atau kesadaran. Secara literal, fenomenologi adalah studi tentang fenomena atau gejala yang mencakup penampilan sesuatu atau sesuatu sebagaimana mereka tampil dalam pengalaman manusia, atau cara manusia dalam mengalami sesuatu termasuk didalamnya arti dari sesuatu tersebut yang dimiliki oleh manusia dalam pengalamannya.
Fenomenologi mempelajari kesadaran pengalaman manusia sebagai pengalaman subjektif atau pengalaman dari sudut pandang orang pertama. Bidang disiplin fenomenologi kemudian dibedakan dan berhubungan dengan bidang utama filsafat yaitu ontologi, epistemologi, logika, dan etika.
B. Fenomenologi sebagai Sebuah Pergerakan dalam Sejarah Filsafat
Tradisi filsafat yang berkembang pada awal abad ke-20 di benua Eropa, khususnya di Jerman yang dipelopori oleh Edmund Gustav Albrecht Husserl, Karl Jaspers, dan Martin Heidegger, serta di Perancis yang dipelopori oleh Maurice Merleau-Ponty, Jean-Paul Sartre, dan Simone de Beauvoir. Dalam pergerakan itu, bidang disiplin fenomenologi dipandang sebagai dasar bagi semua filsafat.
Richard L. Lanigan dalam tulisannya berjudul  The Phenomenology of Human Communication as a Rhetorical Ethic (1977 : 5) menyatakan bahwa fenomenologi sebagai pergerakan dalam sejarah filsafat meletakkan tujuan dan arah dalam teori dan praksis yang disebut dengan pengalaman sadar misalnya hubungan antara manusia dan tempat ia hidup. Lebih lanjut ia menjelaskan bahwa fenomenologi sebagai sebuah teori menekankan dirinya dengan alam dan fungsi kesadaran.
Ketika kesadaran disebut sebagai fenomena manusia maka fenomenologi digambarkan secara jelas sebagai sebuah sikap atau filsafat manusia. Sedangkan, fenomenologi sebagai praksis beroperasi sebagai sebuah metodologi investigatif yang menjelaskan berbagai pengalaman. Penerapan metodologi memiliki jangkauan yang sama dengan jangkauan penjelasan tentang permasalahan yang dimiliki oleh pengalaman tersebut.
Dengan demikian, fenomenologi adalah sebuah pergerakan bersejarah, tradisi filsafat eksisensial, dan metodologi penelitian yang mencontoh filsafat ilmu (Lanigan, 1977 : 5).

C. FENOMENOLOGI SEBAGAI METODE

Dalam sejarah ilmu manusia dan filsafat, salah satu pendekatan yang terbaik untuk memahami ruang lingkup pengalaman kesadaran manusia adalah fenomenologi. Tidak seperti hewan atau mesin, manusia memiliki fungsi dalam tiga tingkatan simultan kesadaran yang mengintegrasikan ekspresi dan persepsi dari afeksi atau emosi, kognitif atau pikiran, dan konatif atau tindakan yang bertujuan.

PENELITIAN FENOMENOLOGIS

Penelitian fenomenologis bertujuan untuk mengekspresikan diri secara murni tanpa adanya gangguan dari peneliti. Terdapat beberapa tahapan harus yang dilalui ketika melakukan penelitian yaitu bracketing, intuiting, analyzing, dan describing.
  • Bracketing – proses mengidentifikasi dan menahan setiap keyakinan serta pendapat yang sebelumnya telah terbentuk yang mungkin saja ada dan mengenai fenomena atau gejala yang sedang diteliti.
  • Intuiting – proses yang terjadi ketika peneliti bersikap terbuka terhadap makna yang terkait dengan fenomena oleh mereka yang pernah mengalaminya sehingga menghasilkan pemahaman umum mengenai fenomena yang sedang diteliti. 
  • Analyzing – proses yang melibatkan proses lainnya yang meliputi coding, kategorisasi dan memahami arti dari fenomena tersebut. 
  • Describing – pada tahapan ini, peneliti menjadi mengerti, memahami, dan mendefinisikan fenomena yang diteliti. Tujuannya adalah mengkomunikasikan dan menawarkan perbedaan, atau deskripsi kritis dalam bentuk tertulis atau verbal.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Seminar Broadcasting Radio Elshinta dan Talkshow GenPI

Metode Penelitian Komunikasi Analisis Wacana

Metode Penelitian Komunikasi Etnografi